Selamat Datang Di Andie Hermawan blog's

Semua Tentang Andie Hermawan

Minggu, 06 Januari 2013

laporan praktikum penangkapan nyamuk



LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIK KLINIK ENTOMOLOGI

A.                Tujuan
1.                  Untuk mengetahui tempat perindukan nyamuk Anopheles sp
2.                  Untuk mengetahui waktu menggigit nyamuk Anopheles sp
3.                  Untuk mengetahui ciri nyamuk Anopheles sp
4.                  Untuk mengetahui cara menangkap nyamuk Anopheles sp

B.                 Tinjauan pustaka
Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk. Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan malaria secara alami. Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia. Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing jantung anjing Dirofilaria immitis.
Nyamuk ini banyak terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran air, dan permukaan air yang terekspos sinar matahari. Ia bertelur di permukaan air. Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Warnanya bermacam-macam, ada yang hitam, ada pula yang kakinya berbercak-bercak putih. Waktu menggigit biasanya dilakukan malam hari. Banyak jenis nyamuk Anopheles yang bisa menyebabkan penyakit malaria. Ada Anopheles sundaicus yang banyak terdapat di air payau, seperti di Kepulauan Seribu. Nyamuk ini berkembang biak di lingkungan yang banyak ditumbuhi ganggang. Ia akan meletakkan telurnya di ganggang hijau yang banyak reniknya, sehingga begitu menetas, jentiknya langsung mendapat makanan renik yang hidup di antara ganggang tersebut.
Penyakit malaria yang ditimbulkan pun jenisnya bermacam-macam, tergantung jenis parasitnya. Semisal, ada malaria falsiparum, vivak, ovale, dan malariae. Selain itu, nyamuk Anopheles bisa juga menyebabkan penyakit kaki gajah.
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100 diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40 merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.
Anopheles gambiae adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.

Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Hexapoda / Insecta
Sub Class        : Pterigota
Ordo                : Diptera
Familia            : Culicidae
Sub Famili       : Anophellinae
Genus              : Anopheles
            Spesies Anopheles
Ada beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria
di Indonesia antara lain :
a.       Anopheles sundauicus
Spesies ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Bali. Jentiknya ditemukan pada air payau yang biasanya terdapat tumbuh–tumbuhan enteromopha, chetomorpha dengan kadar garam adalah 1,2 sampai 1,8 %. Di Sumatra jentik ditemukan pada air tawar seperti di Mandailing dengan ketinggian 210 meter dari permukaan air laut dan Danau Toba pada ketinggian 1000 meter.
b.      Anopheles aconitus
Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir di seluruh kepulauan, kecuali Maluku dan Irian. Biasanya terdapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih banyak di daerah kaki gunung pada ketinggian 400–1000 meter dengan persawahan bertingkat. Nyamuk ini merupakan vector pada daerah–daerah tertentu di Indonesia, terutama di Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali.
c.        Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Jentik biasanya terdapat dalam air yang jernih,  alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh–tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada tempat yang agak teduh seperti pada sawah dan parit.
d.      Anopheles kochi
Spesies ini terdapat diseluruh Indonesia, kecuali Irian. Jentik biasanya ditemukan pada tempat perindukan terbuka seperti genangan air, bekas tapak kaki kerbau, kubangan, dan sawah yang siap ditanami.
e.        Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas, kecuali di Maluku dan Irian. Spesies ini terdapat didaerah pengunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan air laut. Jentik ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
f.        Anopheles subpictus
Spesies ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia. Nyamuk ini dapat dibedakan menjadi dua spesies yaitu :
1)      Anopheles subpictus subpictus
Jentik ditemukan di dataran rendah, kadang–kadang ditemukan dalam air payau dengan kadar garam tinggi.
2)      Anopheles subpictus malayensis
Spesies ini ditemukan pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Jentik ditemukan pada air tawar, pada kolam yang penuh dengan rumput pada selokan dan parit.
g.      Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di Purwakarta, Jawa Barat, Balikpapan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang, pada kubangan bekas roda dan pada parit yang aliran airnya terhenti.
Nyamuk Anopheles dewasa ini banyak sekali metode pengendalian vector dan binatang pengganggu yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Dari berbagai metode yang telah dikenal dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1)      Pengendalian dengan cara menghindari/mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Anopheles.
a.       Penggunaan kawat kasa pada ventilasi.
Dimana keadaan rumah ventilasi udara dipasangi atau tidak dipasangi kawat kasa ini berfungsi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
b.      Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
Kebiasaan menggunakan kelambu pada tempat yang biasa di pergunakan sebagai tempat tidur dan di gunakan sesuai dengan tata cara penggunaan kelambu untuk tempat tidur dan waktu penggunaan kelambu saat jam aktif nyamuk mencari darah.
c.       Menggunakan zat penolak (Repellent).
Untuk kebiasaan penggunaan repellent yang digunakan pada saat atau waktu nyamuk menggigit atau pada waktu akan tidur malam atau pada waktu lain di malam hari.
2)      Pengendalian dengan cara genetik dengan melakukan sterelisasi pada nyamuk dewasa.
3)      Pengendalian dengan cara menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan, yang termasuk kegiatan ini adalah :
a.       Penimbunan tempat-tempat yang dapat menimbulkan genangan air.
b.      Pengeringan berkala dari satu sistem irigasi.
c.       Pengaturan dan perbaikan aliran air.
d.      Pembersihan tanaman air dan semak belukar.
e.       Pengaturan kadar garam misalnya pada pembuatan tambak ikan atau udang.
4)      Pengendalian Cara Biologi.
Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alaminya (predator) atau dengan menggunakan protozoa, jamur dan beberapa jenis bakteri serta jenis-jenis nematoda.
5)      Pengendalian Cara Fisika-Mekanik.
Pengendalian dengan Fisika-Mekanik ini menitik beratkan usahanya pada penggunaan dan memanfaatkan faktor-faktor iklim kelembaban suhu dan cara-cara mekanis.
6)      Pengendalian dengan cara pengolaan lingkungan (Environmental management).
Dalam pengendalian dengan cara pengelolaan lingkungan dikenal dua cara yaitu .
a.       Perubahan lingkungan (Environmental Modivication).
Meliputi kegiatan setiap pengubahan fisik yang permanen terhadap tanah, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kuwalitas lingkungan hidup manusia. Kegiatan ini antara lain dapat berupa penimbunan (filling), pengertian (draining), perataan permukaan tanah dan pembuatan bangunan, sehingga vektor dan binatang penganggu tidak mungkin hidup.
b.      Manipulasi Lingkungan (Environment Manipulation)
Sehingga tidak memungkinkan vektor dan binatang pengganggu berkembnang dengan baik. Kegiatan ini misalnya dengan merubah kadar garam (solinity), pembersihan tanaman air atau lumut dan penanaman pohon bakau pada pantai tempat perindukan nyamuk sehingga tempat itu tidak mendapatkan sinar matahari.



C.     Metodologi
1.      Alat dan Bahan
a.       Paper cup
b.      Mikroskop dissecting
c.       Aspirator
d.      Chlorofoam
e.       Kasa
f.       Kapas
g.      Jarum pin
h.      Cawan petri
i.        Alat bedah nyamuk (1 set)
j.        Cutex
k.      Tisu
l.        Karet gelang
m.    Sling hygrometer
n.      Thermometer dinding
o.      Kunci identifikasi nyamuk
p.      Form identifikasi
2.      Cara Kerja
a.       Disiapkan semua alat dan bahan
b.      Dibagi anggota kelompok (6 mahasiswa tiap kelompok)
c.       Dilakukan pencarian terhadap nyamuk Anopheles sp. dengan ketenteuan satu mahasiswa satu rumah dan menggunakan metode umpan orang 40 menit dan reesting places (dinding dan kandang) selama 10 manit
d.      Dilakukan penangkapan setiap 1 jam secara berkala dan bergilir
e.       Dilakukan penangkapan di luar maupun di dalam rumah
f.       Dilakukan identifikasi dengan kunci identifikasi setiap nyamu\k yang ditangkap
g.      Dilakukan pembedahan terhadap nyamuk Anopheles dan pining nyamuk selain Anopheles.
h.      Dicatat dan dilakukan awetan nyamuk
3.      Waktu Pelaksanaan
Praktikum tersebut dilakukan di Desa Tetel, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga pada hari senin dan selasa 15 dan 16 Oktober 2012 mulai pukul 17.00 sampai 06.00 WIB.

D.    Hasil dan Pembahasan

1.      Hasil
Hasil praktikum selengkapnya tertera dalam lampiran 1.

2.      Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh yaitu dengan jumlah nyamuk ………. Dengan nyamuk Anopheles ……. Dan nyamuk culex ………. Nyamuk armigeres……. maka dengan demikian bahwa Desa Tetel merupakan wilayah yang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar